Apakah Nilai dan Peringkat Masih Dibutuhkan?
Banyak pro kontra tentang masih perlukah para murid diberi nilai dan mendapat peringkat / ranking? Artikel ini mencoba memberi jawabannya.
Sejak tahun 1970-an, para ahli ekonomi berusaha memahami peran pendidikan. Mereka menyimpulkan bahwa alasan utama kita menempuh pendidikan di sekolah adalah untuk membuktikan kepada calon pemberi kerja bahwa kita dapat menjadi karyawan yang baik, terutama dengan mencapai sebanyak mungkin pendidikan.
Namun, model-model tersebut tidak mempertimbangkan jenis informasi lain yang penting, seperti nilai, surat rekomendasi, dan reputasi. Ini membuat para ekonom memprediksi bahwa murid dengan kemampuan berbeda akan berhenti belajar pada tingkat berbeda, dan murid yang lebih mampu akan mengejar pendidikan lebih tinggi untuk membedakan diri dari murid yang kurang mampu.
Dalam kenyataannya terdapat banyak faktor yang mempengaruhi berapa banyak gelar yang ditambahkan seseorang dalam riwayat pendidikannya. Meskipun demikian, upaya untuk memahami bagaimana kemampuan dikomunikasikan melalui pendidikan telah menghasilkan pemahaman matematis umum tentang cara suatu pihak menyampaikan informasi kepada pihak lain. Ini berlaku dalam segala hal, termasuk sistem penilaian online dan jaminan mobil.
Profesor keuangan bernama Brett Green dan profesor Brendan Daley telah memperluas model penyampaian informasi ini untuk mencakup sesuatu yang sering diabaikan oleh para ekonom, yaitu implikasi dari nilai. Mereka menemukan bahwa nilai yang diberikan oleh penilaian independen, seperti penilaian penjual di eBay atau ulasan produk di Amazon, juga memiliki peran penting dalam penyampaian informasi. Bukankah kita juga terbiasa melihat nilai dan ulasan para pembeli terdahulu sebelum menentukan akan membeli suatu produk di toko daring?
Tradisi dalam teori ekonomi adalah bahwa dalam situasi di mana informasi tidak seimbang, seseorang harus melakukan kegiatan mahal untuk membuktikan nilai mereka. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa nilai akurat juga memiliki peran penting dalam menyampaikan kemampuan seseorang. Nilai yang baik dapat menjadi sinyal kredibel tentang kemampuan, sehingga individu berkualitas tinggi tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan energi agar mendapat gelar lebih tinggi atau berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk membedakan diri mereka.
Implikasi dari temuan ini adalah bahwa ketika nilai-nilai ditambahkan ke informasi yang dimiliki oleh pemberi kerja potensial —baik karyawan berkualitas tinggi maupun rendah— cenderung berkumpul di tengah-tengah. Dengan adanya penilaian tambahan tentang nilai, murid berkualitas tinggi tidak perlu melakukan upaya mahal untuk membuktikan kemampuan mereka. Mereka dapat mengandalkan nilai yang baik untuk menunjukkan kemampuan mereka.
"Di dunia nyata, nilai itu penting, atau setidaknya nilai itu penting sejauh nilai tersebut dapat mengukur kemampuan murid secara akurat."
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai memiliki peran penting dalam menentukan reputasi. Sebagai contoh, perusahaan mobil Hyundai menawarkan jaminan lebih baik daripada Honda, meskipun kedua perusahaan mobil tersebut memiliki reputasi sebanding dalam hal kehandalan. Hal ini karena Hyundai memiliki penilaian lebih baik dalam bentuk nilai, sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan banyak modal untuk jaminan. Dalam hal ini, penilaian yang baik mengurangi kebutuhan seseorang untuk memberikan sinyal yang kuat.
Di awal tahun pelajaran, saya sering berkata begini ke para murid, "Kalau kalian memang berkemampuan bagus pada pelajaran ini, maka buktikan di tahun ini. Jangan dibuktikan ketika nanti di tempat kerja. Kalau saya jadi pemberi kerja, saya tidak hanya melihat nilai-nilai di ijazah, tapi juga nilai-nilai di rapor. Misalkan kalian punya kemampuan hebat ketika dewasa tapi mendapat nilai rendah di buku rapor, maka ini menunjukkan bahwa kalian adalah orang yang suka menunda-nunda pekerjaan, menganggap remeh yang ada sekarang, tidak gercep, dan sifat ini tidak cocok di perusahaan saya."
Orang Tertantang Untuk Bersaing
Mari kita renungkan. Banyak remaja dan bahkan orang tua, suka memainkan game PUBG. Di Permainan ini, seratus pemain diterjunkan di suatu pulau, kemudian mereka harus saling membunuh. Pemenangnya adalah yang bisa bertahan hidup paling terakhir. Mirip di film Hunger Games. Para pemain sibuk berlatih agar mendapat nilai sebagus mungkin, dan mendapat peringkat setinggi mungkin.
Pada game PUBG, ada elemen dan metrik yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemain. Sebagai contoh, pemain dapat melihat statistik pribadi mereka yaitu jumlah kemenangan, jumlah pembunuhan, akurasi tembakan, dan tingkat kelangsungan hidup. Mereka juga dapat melihat peringkat mereka dalam permainan, yang dapat berfungsi sebagai indikator relatif tentang seberapa baik mereka bermain dibandingkan dengan pemain lain. Peringkat dan statistik tersebut dapat digunakan oleh pemain untuk mengukur kemajuan mereka, melihat seberapa baik mereka bermain, atau membandingkan dengan pemain lain.
Bayangkan bila di game PUBG tidak ada nilai dan peringkat. Tentu para pemain tidak tertantang agar menjadi yang terbaik. Kadangkala, persaingan itu dibutuhkan, baik secara individu maupun persaingan secara tim.
Simpulan
Dalam banyak hal, nilai masih diperlukan, karena angka adalah alat paling jelas untuk menggambarkan tentang kinerja. Informasi tidak cukup hanya berupa "Kota A udaranya bersih dan kota B juga bersih." Tapi kita perlu data dalam bentuk angka misalkan indeks kualitas udara, partikel halus di udara, emisi gas buang, dan sebagainya. Dari angka-angka itulah kemudian bisa ditarik suatu kesimpulan.
Yang penting adalah kita sebagai pendidik dapat menyampaikan kepada para orang tua tentang apa makna nilai dan peringkat yang diperoleh putra-putrinya. Nilai dan peringkat jangan sampai menjadi sarana perundungan. Tidak perlu diumumkan di papan pengumuman tentang siapa peringkat pertama dan siapa yang menjadi juru kunci. Cukup si murid itu sendiri dan orang tuanya yang tahu.
Dan yang terakhir, penting untuk diingat bahwa nilai hanya satu dari banyak faktor yang mempengaruhi reputasi seseorang. Selain nilai, surat rekomendasi, pengalaman kerja, dan keterampilan sosial juga berperan penting dalam membentuk reputasi seseorang.