Kiat Guru Agar Terhindar Dari Penjara

Niat ingin mendidik anak orang, tapi saking semangatnya sampai memberi hukuman fisik, dan akhirnya masuk penjara. Beberapa guru lupa bahwa yang dihukum itu anak orang, bukan anak sendiri. Lalu, bagaimana caranya agar selamat dari penjara?

Kiat Guru Agar Terhindar Dari Penjara

Sobat guru.
Keadaan telah berubah.

Dulu, guru dihormati. Saya anak tentara (bapak) dan anak guru (ibu). Ketika SD, jari saya pernah dipukul penggaris karena kuku saya panjang. Apakah orang tua saya melabrak si guru? Tidak. Saya malah dinasehati, "Makanya, jangan memelihara kuku!"

Sekarang banyak orang yang meremehkan guru. Di media sosial, kita sering membaca komentar yang mencela guru.

Bulan ini ada beberapa kasus guru di Indonesia yang dilaporkan ke polisi atas dugaan penganiayaan terhadap muridnya. Salah satu kasus yang cukup menonjol adalah kasus Supriyani, seorang guru honorer di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, yang dilaporkan karena dugaan penganiayaan terhadap anak seorang polisi. Selain itu, ada juga kasus di Muna, Sulawesi Tenggara, di mana seorang guru agama dilaporkan karena memukul muridnya dengan sapu lidi.

Semangat mendidik tetap harus berkobar tapi jangan kebablasan dengan menyentuh murid yang bermasalah.

JANGAN DIJEWER, JANGAN DICUBIT, BAHKAN JANGAN DICOLEK.

Ketika emosi, kita harus refleks untuk diam sejenak. Jangan berbuat apa pun dan jangan bertindak apa pun. Setelah emosi menurun, nasehati si anak. Ajak ngobrol baik-baik mengapa dia berbuat seperti itu? Beri pemahaman bahwa tindakannya itu salah.

Bila masih tidak mempan dan perilakunya mengganggu KBM di kelas, minta saja murid itu keluar kelas untuk menemui guru BK atau belajar di luar kelas ditemani guru piket. Pastikan ketika dirinya berada di luar kelas, ada guru yang mendampingi. Kalau dibiarkan keluyuran kemudian terjadi apa-apa, lagi-lagi guru yang disalahkan. Jangan lupa catat kejadian tersebut di buku Laporan/buku Komunikasi (buku Penghubung Sekolah dengan Orang Tua Murid) sebagai peringatan pertama.

Masih tidak mempan juga? Panggil orang tuanya ke sekolah. Kalau si anak berulah lagi, ya tinggal panggil lagi orang tuanya. Terus begitu sampai orang tuanya capek bolak-balik ke sekolah, kemudian menyerahkan tindakan selanjutnya kepada bapak/ibu guru.

💡
Ingat bapak dan ibu guru, our duty is to educate. Stay professional and focused on our role; don’t take it personally.

Inilah pentingnya setiap guru mengetahui materi-materi yang diajarkan di Program Pendidikan Calon Guru Penggerak, khususnya pada "Teknik Stop", "Lima Posisi Kontrol" dan "Segitiga Restitusi".

Setiap kita akan menyentuh murid yang bermasalah, ingatlah bahwa kita dapat masuk penjara dan dipecat. Kita ngotot ingin membuat anak orang lain menjadi baik, tapi timbal baliknya malah di-Polisi-kan. Mau? Anak yang dicubit mungkin bekas lukanya akan hilang dalam beberapa hari, tapi anda akan kehilangan pekerjaan selamanya, anak dan istri mungkin kelaparan karena bapaknya menganggur, ditambah ada catatan pernah masuk penjara ketika membuat SKCK. Ini jauh lebih sakit dari pada dicubit. Mau karir dan rumah tangga berantakan gara-gara terlalu semangat mendidik sampai kebablasan? Saya sih tidak mau.

Mungkin ada bapak/ibu guru yang berkata, "Saya tiap hari menghukum murid. Tidak apa-apa. Malah orang tuanya berterima kasih anaknya telah dididik."
Betul. Anda sedang mujur karena selama ini mendapat orang tua murid yang memahami tindakan anda. Tapi suatu saat mungkin akan bertemu dangan satu orang tua yang melaporkan ke Polisi. Tidak perlu banyak. Cukup satu orang tua saja. Bila itu terjadi, maka nasi telah menjadi bubur. Baca kembali artikel ini, bahwa saya pernah memperingatkan bapak/ibu yang saya sayangi.

Sudah lah. Cari aman saja.
Doakan agar si anak menjadi anak yang lebih baik dan cepat naik kelas, cepat lulus. Jangan menghukum secara fisik. Salurkan energi otot kita untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat, misalkan mengisi PMM atau melengkapi administrasi guru.

Ungkapan Niccolò Machiavelli yang berbunyi "È molto più sicuro essere temuto che amato" (Adalah jauh lebih aman untuk ditakuti daripada dicintai) hanya berlaku di Militer dan Politik. Di Pendidikan, guru harus dihormati oleh muridnya, bukan dicintai, bukan ditakuti.

Mawan A. Nugroho.