Kita Adalah Makhluk Sosial
Kita tidak bisa menutup kedua telinga kita dari kritik orang lain, tapi kita bisa mengambil manfaat dari apa yang mereka katakan. Jadilah orang yang terbuka dan bijak dalam menerima masukan, juga bijak dalam mengambil keputusan. Karena pada akhirnya, perbuatanlah yang akan menunjukkan siapa kita.
Di saat kamu miskin, orang lain akan berkata, bahwa kamu itu pemalas. Di saat kamu kaya, orang lain akan berkata, bahwa kamu itu sombong dan pelit. Di saat kamu bangkrut, orang lain akan berkata, bahwa kamu itu royal dan bodoh.
Mémang menyebalkan mendengar kritik orang lain. Tapi tidak semua berhati jahat. Hanya sebagian kecil yang sukanya nyinyir berkomentar négatif. Masih banyak orang baik. Kalau tidak tahan dengan komentar orang lain, bukan berarti kamu tidak usah hidup. Kamu tidak bisa menutup mulut meréka hanya dengan kedua tanganmu karena meréka banyak. Tapi menutup kedua telinga juga bukan perbuatan bijak. Mengapa? Itu membuat dirimu menjadi orang yang anti sosial. Orang cuék. Padahal tidak semua omongan orang itu salah. Mungkin saja nasihat orang tuamu ada benarnya. Mungkin saja pendapat sahabatmu ada betulnya. Walau pun kita merasa bahwa kepalamu telah tegak, tapi pendapat juru potrét adalah yang benar, karena dialah yang melihat dirimu dengan fakta.
Tidak ada asap bila tidak ada api. Orang lain tidak menilai dari ucapanmu, tapi dari perbuatanmu. Karena itulah, hindari perbuatan yang bisa membuat orang lain menilai négatif.
Ketika kamu kaya, orang lain mungkin menilai kamu sombong karena tidak mau menyapa. Karena itu, cobalah ketika masuk gerbang kantor, buka kaca mobilmu kemudian sapa Satpam dengan ramah dan sebut namanya. Ketika teman menjajakan dagangan, sesekali boléhlah dibeli walau pun kamu belum membutuhkan, dan jangan ditawar. Itu salah satu cara menjaga persahabatan dan menjauhkan dirimu dari anggapan pelit.
Kita adalah makhluk sosial. Jauhi sikap cuék. Jaga pikiran, sikap, dan perkataan. Insya Allah kamu dan lingkunganmu akan lebih terasa nyaman.
Mawan A. Nugroho.