Segitiga Restitusi
Segitiga restitusi adalah sebuah konsep yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu murid memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Segitiga restitusi terdiri dari tiga sisi, yaitu tujuan, disiplin positif, dan restorasi.
Restitusi adalah cara untuk membantu murid yang berbuat salah agar bisa memperbaiki diri dan kembali ke kelompoknya dengan lebih baik. Restitusi juga mengajak murid untuk bekerja sama mencari jalan keluar dari masalah, dan berpikir tentang siapa diri mereka dan bagaimana mereka harus bersikap terhadap orang lain.
Restitusi membuat murid lebih punya tujuan, disiplin, dan bisa memaafkan diri sendiri. Tujuannya bukan hanya untuk membuat orang lain senang atau menghindari hukuman, tetapi untuk menjadi orang yang menghormati nilai-nilai yang penting bagi mereka.
Kita sudah belajar sebelumnya bahwa kita punya motivasi dari dalam diri kita sendiri. Dengan restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang membuat murid bisa menilai sendiri apa yang harus mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali rasa percaya diri mereka.
Restitusi tidak hanya baik untuk orang yang disakiti, tetapi juga untuk orang yang menyakiti. Ini cocok dengan teori William Glasser tentang cara mencari solusi yang menguntungkan semua pihak.
Kesalahan adalah kesempatan yang bagus untuk murid berkembang, karena kita belajar dari kesalahan, bukan? Murid harus bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang mereka buat, tetapi mereka juga bisa memilih untuk belajar dari pengalaman dan membuat pilihan yang lebih baik di masa depan. Jika guru yang menyelesaikan masalah perilaku murid, murid akan kehilangan kesempatan untuk belajar keterampilan yang berguna untuk hidup mereka.
Di bawah ini adalah ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan program disiplin lainnya.
Restitusi adalah cara untuk membantu murid yang berbuat salah agar bisa memperbaiki diri dan kembali ke kelompoknya dengan lebih baik.
Restitusi tidak hanya menyuruh murid untuk membayar uang, memperbaiki kerusakan, atau minta maaf. Karena kalau begitu, murid hanya akan fokus pada hal-hal yang bisa membuat mereka terhindar dari masalah, bukan pada hal-hal yang bisa membuat mereka menjadi lebih baik.
Biasanya setelah membayar uang, memperbaiki kerusakan, atau minta maaf, murid akan merasa selesai dan lega, dan lupa dengan kesalahan mereka.
Kadang-kadang bisa juga timbul rasa marah, kalau murid merasa tidak mau melakukan hal-hal itu untuk membayar kesalahan mereka. Kalau hal-hal itu dianggap sebagai hukuman, mungkin mereka berpikir untuk membalas dendam. Balas dendam seperti ini akan membuat masalah semakin panjang dan tidak selesai.
Membayar uang, memperbaiki kerusakan, atau minta maaf itu tidak salah, tetapi biasanya tidak membuat kita menjadi lebih kuat. Restitusi juga melibatkan hal-hal itu, tetapi harus dari hati murid yang berbuat salah. Murid harus mau melakukan hal-hal yang menunjukkan bahwa mereka menyesal dan ingin memperbaiki diri.
Fokusnya tidak hanya pada mengurangi rasa sakit pada orang yang disakiti, tetapi juga pada bagaimana menjadi orang yang lebih baik dan berbuat baik pada orang lain dengan kebaikan yang ada dalam diri kita. Ketika murid belajar dari kesalahan untuk menjadi lebih baik untuk masa depan, mereka akan mendapatkan pelajaran yang berguna untuk hidup mereka.
Restitusi adalah cara untuk memperbaiki dan mempererat hubungan dengan orang lain. Restitusi juga membantu murid untuk mengetahui siapa diri mereka dan bagaimana mereka ingin diperlakukan. Restitusi adalah cara untuk merenungkan dan memulihkan diri.
Dengan restitusi, murid bisa jujur pada diri sendiri dan melihat bagaimana tindakan mereka berpengaruh pada orang lain. Setelah merenungkan dan memulihkan diri, murid bisa berpikir tentang apa yang bisa mereka lakukan untuk mengganti kerugian yang mereka sebabkan pada orang yang mereka sakiti.
Restitusi adalah cara untuk membantu murid yang berbuat salah agar bisa memperbaiki diri dan kembali ke kelompoknya dengan lebih baik.
Restitusi harus dilakukan dengan sukarela, bukan dengan paksaan. Kalau guru memaksa murid untuk melakukan restitusi, murid akan bertanya, apa yang akan terjadi kalau mereka tidak mau. Mungkin mereka akan mau, tapi hanya karena takut dihukum atau dikucilkan.
Mereka akan berpikir kalau mereka menyakiti orang, mereka juga harus disakiti, supaya sama-sama rugi. Misalnya, seorang anak yang memukul temannya akan bilang, “Kamu boleh pukul aku balik, biar adil”.
Memaksa restitusi tidak sesuai dengan perkembangan moral, yaitu kebebasan untuk memilih. Jadi, guru harus membuat murid mau menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi, dengan berkata, “Tidak apa-apa kok berbuat salah itu wajar. Semua orang pasti pernah berbuat salah”. Pembicaraan ini bersifat ajakan, bukan ancaman, bukan mengatakan, “Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka… bla bla bla...”
Restitusi adalah cara untuk membantu murid yang berbuat salah agar dapat memperbaiki diri dan kembali ke kelompoknya dengan lebih baik. Restitusi juga membuat murid menyadari apakah tindakan mereka sesuai dengan keinginan mereka tentang siapa diri mereka. Untuk membantu murid memulihkan diri, guru dapat bertanya pada mereka:
- Anda ingin menjadi orang yang bagaimana?
- Anda akan tampak, terdengar, dan terasa bagaimana jika Anda sudah menjadi orang yang Anda inginkan?
- Apa yang Anda yakini tentang bagaimana orang harus memperlakukan orang lain?
- Bagaimana Anda ingin diperlakukan ketika Anda berbuat salah?
- Apa nilai yang diajarkan di keluarga Anda tentang hal ini? Apakah Anda mengikuti nilai tersebut?
- Jika tidak, lalu apa yang Anda yakini?
Kita tidak ingin menimbulkan rasa bersalah pada diri murid dengan bertanya seperti itu. Jika guru melihat rasa bersalah di wajah murid, maka guru harus segera mengatakan, “Tidak apa-apa berbuat salah”. Ketika murid sudah dibimbing untuk menelusuri orang yang mereka inginkan, guru dapat mulai bertanya tentang peristiwa tersebut, seberapa sering hal ini terjadi, apa yang mereka lakukan, dan di mana mereka berada. Murid tidak akan berbohong pada guru.
Untuk bisa memperbaiki diri dan kembali ke kelompoknya dengan lebih baik, murid harus mengerti bagaimana tindakannya berpengaruh pada orang lain.
Kalau murid tahu bahwa setiap orang punya kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, ini akan sangat membantu, sehingga ketika murid berbuat salah, mereka akan sadar kebutuhan apa yang sedang mereka cari, dan juga kebutuhan orang lain.
Untuk membantu murid mengenal kebutuhan dasarnya, guru bisa minta mereka menyebutkan perasaan mereka.
- Perasaan sedih dan kesepian menandakan bahwa kebutuhan akan cinta dan kasih sayang tidak terpenuhi.
- Perasaan terpaksa, atau terbebani, menandakan bahwa kebutuhan akan kebebasan kurang terpenuhi.
- Perasaan takut akan lelah, lapar, menandakan bahwa kita merasa tidak aman.
- Perasaan bosan menandakan bahwa kebutuhan akan kesenangan kurang terpenuhi.
Restitusi adalah cara untuk membantu murid yang berbuat salah agar bisa memperbaiki diri dan kembali ke kelompoknya dengan lebih baik. Restitusi juga membuat murid belajar untuk lebih memperhatikan diri sendiri, bukan orang lain.
Dr. William Glasser mengatakan, orang yang bahagia akan menilai diri sendiri, orang yang tidak bahagia akan menilai orang lain.
Ketika murid bisa melakukan restitusi, maka dia akan bisa mengendalikan dirinya dengan lebih baik dengan tujuan yang lebih baik juga. Ketika Anda berbicara dengan orang lain, dan menilai diri sendiri, maka kebanyakan orang yang Anda ajak bicara juga akan menilai diri mereka juga.
Mungkin ada beberapa orang yang Anda ajak bicara, malah akan memanfaatkan kesempatan itu untuk menghukum Anda. Kalau ini terjadi, tanyakan saja, "Apakah Anda mau memakai kesempatan ini untuk menjelek-jelekkan saya, atau Anda mau membuat situasi ini menjadi lebih baik? Anda mau pilih yang mana?"
Restitusi juga membuat murid menyadari apakah diri mereka sudah sesuai dengan keinginan mereka tentang siapa diri mereka. Ini adalah cara untuk memperkuat karakter murid.
Ketika guru membantu murid untuk memperkuat karakter, guru akan mengatakan, "Saya tidak terlalu mempersoalkan apa yang kamu lakukan hari ini, tetapi mari kita bicara tentang apa yang akan kamu lakukan besok. Kamu boleh saja minta maaf, tapi orang akan lebih senang mendengar apa yang akan kamu lakukan dengan lebih baik lagi."
Kesalahan adalah hal yang bisa membuat murid menjadi lebih baik, asalkan ia bisa belajar dari kesalahan itu. Apa artinya belajar dari kesalahan? Artinya bukan menutupi atau menahan perasaan kita. Artinya menyadari apa yang bisa murid perbaiki, dan murid benar-benar memperbaikinya.
Guru bisa membantu murid dengan bertanya, "Apa yang bisa kamu ubah dari dirimu sendiri? Bagaimana caranya kamu akan berubah?"
Dalam restitusi, guru tidak menyalahkan atau menghakimi murid karena kesalahan mereka. Guru mengatakan, “Kita tidak fokus pada kesalahan. Saya tidak ingin tahu siapa yang benar, siapa yang salah. Kita fokus pada bagaimana anda bisa belajar dari kesalahan dan menjadi lebih baik lagi.”
Kadang-kadang, dalam pendidikan kita, kita membuat murid yang berbuat salah terpisah dari kelompoknya. Misalnya, ada seorang murid TK yang tidak mau ikut mendengarkan dongeng dari gurunya, murid itu disuruh keluar dari kelompoknya, atau duduk di belakang atau di pojok kelas, atau bahkan disuruh keluar kelas ke koridor atau ke kantor guru, tanpa ada yang mengawasi.
Kalau ada remaja yang nakal, orang tua menyuruh mereka pergi dari rumah. Padahal, kalau mereka jauh dari orang tua, orang tua tidak bisa mengajar mereka dan mereka tidak belajar nilai-nilai yang baik. Kalau mereka tidak belajar, bagaimana masa depan generasi kita?
Kalau kita menjauhkan remaja kita, maka mereka akan putus hubungan dengan kita. Ketika murid berbuat salah, kita tidak bisa memaksa mereka untuk menjadi baik, kita hanya bisa membuat mereka bisa melihat diri mereka sendiri. Kita seharusnya mengajari mereka untuk menyelesaikan masalah mereka, dan berusaha mengembalikan mereka ke kelompok mereka dengan lebih baik.
Mawan Agus Nugroho.
Guru Penggerak Angkatan 7.