Tulisan Murid SMA Masih Sulit Dibaca. Salah Siapa?

Di media sosial sedang ramai diperbincangkan tentang seorang ibu guru SMA yang merasa kecewa karena tulisan murid-muridnya sulit dibaca. Reaksi ini kemudian memunculkan tanggapan dari berbagai pihak, termasuk guru SD, yang merasa tidak sepenuhnya pantas disalahkan.

Tulisan Murid SMA Masih Sulit Dibaca. Salah Siapa?
Ilustrasi ibu guru.

Sebagai sesama pendidik, saya ingin mengajak kita semua untuk melihat persoalan ini secara bijak. Mari kita hindari saling menyalahkan dan lebih fokus pada mencari solusi bersama. Problem seperti ini adalah bagian dari dinamika pekerjaan kita sebagai guru, bukan sesuatu yang harus dipersonalisasi atau dibawa ke ranah emosional.

Kasus murid SMA yang masih belum lancar menulis bukanlah kesalahan satu pihak saja, melainkan tanggung jawab bersama antara pemerintah, guru di semua jenjang, orang tua, dan masyarakat. Kita juga harus mengingat bahwa setiap murid memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Dalam Kurikulum Merdeka, misalnya, konsep "fase" menggantikan "kelas" untuk memberikan fleksibilitas dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita telah berusaha mengakomodasi perbedaan kebutuhan belajar murid.

Namun, di sisi lain, intervensi dari berbagai pihak terhadap tugas guru, termasuk dalam bentuk tekanan atau ketakutan akan konsekuensi hukum, kerap memengaruhi keputusan yang diambil. Kondisi ini membuat banyak pendidik memilih pendekatan yang dianggap paling aman dan nyaman bagi semua pihak.

Kepada bapak dan ibu guru di jenjang SMA/SMK, rasa kecewa terhadap kondisi murid adalah hal yang manusiawi. Namun, kita perlu mengingat bahwa tantangan ini bukan hanya dihadapi oleh kita, melainkan oleh semua guru di berbagai jenjang, termasuk guru yang bekerja dengan murid berkebutuhan khusus. Fokuslah pada upaya untuk memberikan yang terbaik, karena hasil akhir adalah bagian dari proses panjang yang melibatkan banyak faktor.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan pesan motivasi: semoga bapak dan ibu guru yang memiliki bakat lain, seperti seni peran, bisa mendapatkan kesempatan untuk berkembang, misalnya dengan dilirik oleh produser film-film bergaya India atau Amerika Latin. Ini akan menjadi contoh bahwa guru bisa berkontribusi di berbagai bidang.

Tetap semangat, bapak dan ibu guru hebat! Peran kita sangat berarti bagi masa depan bangsa.