Ya Udah!
Kita harus memperhatikan tutur kata kita, karena tutur kata menunjukkan kecerdasan dan kelas sosial. Lebih baik mengucapkan kalimat yang sopan dan membenarkan daripada merasa paling mengerti atau menyalahkan orang lain.
Perbincangan antara guru dan siswa PKL.
"Nanti siang bapak monitoring ke situ ya!"
"Ya udah, nanti bapak télépon saja kalau sudah sampai."
Saya menarik nafas panjang. Prihatin, mendengar orang-orang di sekitarku yang terbiasa bertutur kata "kurang sopan". Padahal, lebih baik bila kalimat "Ya udah" di atas diganti menjadi "Siap pak!".
Contoh lain:
"Kawan-kawan, ternyata lampu ini bisa dipadamkan dengan perintah suara!"
"Lha kan tadi gua sudah bilang! Kuping ditaruh di mana sih? Makanya beli korék kuping!"
Mungkin kalimat di atas "biasa" diucapkan antara sahabat karib, sehingga tidak ada yang sakit hati. Tapi tetap saja, itu kurang baik. Lebih bagus dibalas dengan kalimat yang membenarkan, misalkan, "Nah, betul. Kami juga baru tahu."
Untuk mencegah kita mengucap kalimat yang kurang baik, maka biasakan:
- Jangan merasa paling mengerti. Perasaan paling mengerti sering memicu mulut berkata kalimat yang "sok tahu".
- Jangan suka menyalahkan orang lain, walau pun meréka mémang salah. Bila salahnya sepélé, sebaiknya biarkan saja.
- Selalu sadar untuk menjaga sikap. Kegembiraan yang berlebihan sering membuat sikap dan perkataan kita menjadi tidak terkontrol.
Tutur kata menunjukkan kecerdasan. Bahkan sering kali juga menunjukkan kelas sosial.
Sebagai penutup, mari kita biasakan menjawab orang yang berterima kasih dengan kalimat, "Dengan senang hati." Jangan "Sama-sama." Karena "sama-sama" sudah terlalu umum.