Waspadai Modus Penipuan Ini

Akhir-akhir ini marak bermunculan modus-modus penipuan gaya baru yang belum diketahui masyarakat luas. Apa saja itu?

Waspadai Modus Penipuan Ini

Para penipu makin kreatif memanfaatkan Teknologi Komputer untuk menipu korbannya. Media yang paling sering dipakai adalah SMS, pesan WhatsApp, pesan Telegram, dan surat elektronik (email).

Seperti apa cara mereka menipu? Simak artikel di bawah ini.

Baim Wong Terjebak Penipuan di WhatsApp

Artis Baim Wong mengaku menjadi korban penipuan melalui aplikasi jahat yang dikirim melalui WhatsApp. Kejadian ini terjadi sekitar seminggu yang lalu dan baru diketahui oleh Baim Wong setelah ada transaksi mencurigakan dari rekening banknya.

Baim Wong menceritakan kronologi kejadian tersebut di akun Instagramnya. Dia mengatakan bahwa dia menerima pesan WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal. Si pengirim mengaku sebagai kurir dan mengirim foto paket berupa file. Kebetulan, Baim Wong juga sedang menunggu kiriman barang yang dia pesan secara online.

Baim Wong tidak curiga dan langsung membuka file tersebut. Setelah itu, muncul tampilan loading beberapa saat. Baim Wong mengabaikannya karena sedang sibuk dengan pekerjaan lain.

Namun, ternyata file tersebut adalah aplikasi jahat yang bisa mengakses data pribadi Baim Wong, termasuk nomor rekening dan PIN bank. Tanpa sepengetahuan Baim Wong, aplikasi tersebut melakukan transfer uang dari rekening Baim Wong ke rekening lain yang tidak dikenal.

Baim Wong baru menyadari hal ini ketika dia mendapat notifikasi transfer bank dari rekeningnya. Dia langsung menghubungi pihak bank dan memutuskan untuk memblokir rekeningnya. Dia juga mencari informasi di internet dan mengetahui bahwa dia menjadi korban peretasan data pribadi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Apa Yang Terjadi?

Ketika Baim Wong mengklik file lampiran yang ada di pesan WhatsApp, maka sebenarnya Baim Wong sedang memasang (meng-install) aplikasi. Bila aplikasi ini telah terpasang di ponsel, maka aplikasi ini dapat:

  1. Memata-matai ketukan layar ponsel. Artinya, bila korbannya mengetik PIN atau Password, maka PIN atau Password itu diam-diam dikirimkan ke penipu.
  2. Mengirim foto dan video yang ada di galery ke suatu server atau ke ponsel si penipu.
  3. Mengirim permintaan OTP dan memantau kiriman OTP secara diam-diam, tanpa disadari korbannya. Ide OTP adalah penipu tidak akan tahu kode yang dikirim melalui SMS. Tapi karena aplikasi jahat ini terpasang di ponsel korbannya, maka penipu pun bisa mengetahui kode OTP tanpa perlu bertanya ke korbannya.

Selain pura-pura berupa laporan kiriman barang, penipu juga sering mengirim aplikasi jahat berupa Undangan Pernikahan, peringatan perubahan biaya bank, dan sebagainya.

Bila anda mengalami kejadian serupa, maka menutup sementara rekening bank atau mengganti PIN dan password adalah langkah yang tepat. Setelah itu anda harus memastikan bahwa tidak ada aplikasi jahat yang masih menempel di ponsel. Yang terbaik tentu saja Factory Reset yang berarti ponsel dikondisikan agar menjadi seperti baru keluar dari pabrik. Tapi bila itu dianggap berlebihan, maka anda harus memperhatikan setiap aplikasi yang terpasang di ponsel kemudian menghapus aplikasi yang mencurigakan atau dianggap tidak penting.

💡
Bagaimana menjaga diri kita agar tidak mudah menjadi korban penipuan?

Punya 2 Ponsel

Yang pertama, anda sebaiknya mempunyai 2 ponsel.

  1. Ponsel pertama untuk pemakaian sehari-hari yang diisi WhatsApp, Telegram, Facebook, Instagram, Tik-Tok, Email, dan peramban (web browser). Bebas! Nomor HP yang dipasang di ponsel ini adalah nomor yang tidak penting atau kadang hangus kemudian diganti nomor lain. Ponsel ini boleh dikantongi.
  2. Ponsel ke dua tidak boleh diisi aplikasi apapun kecuali aplikasi Internet Banking dan Mobile Banking. Jangan ada WhatsApp. Simpan ponsel ini di dalam tas yang sulit dijangkau. Jangan browsing (membuka website) memakai ponsel ini. Nomor HP yang dipasang di sini adalah yang didaftarkan ke bank untuk menerima OTP.  Jangan beritahukan nomor HP ini ke orang lain kecuali petugas bank dan keluarga dekat. Ketika kita membeli makanan cepat saji atau membayar di kasir mini market, kadang ditanya nomor HP. Jangan sebutkan nomor HP ini. Sebutkan nomor HP di ponsel pertama saja. Sebaiknya nomor HP ini adalah nomor HP yang tidak mudah hangus, misalkan By.U atau nomor ponsel yang bisa dibayari 1 tahun ke depan sehingga tidak akan hangus sekali pun tidak diisi pulsa selama 1 tahun.

Dengan mempunyai 2 ponsel seperti yang dijelaskan di atas, maka aplikasi jahat tidak bisa secara otomatis meminta OTP kemudian menggunakan OTP itu secara diam-diam karena OTP dikirim ke ponsel ke dua.

Ada fakta cukup menarik, yaitu para penipu sering mengincar pengguna HP Android. Karena alasan ini, ada baiknya anda mempunyai 2 ponsel, salah satunya adalah ponsel bersistem operasi iOS, misalkan iPhone. Tidak perlu iPhone keluaran terbaru. Gunakan iPhone sebagai ponsel pertama. Aplikasi Android buatan penipu pasti tidak bisa dipasang di iOS. Lagi pula iOS mencegah pemasangan aplikasi yang bukan bersumber dari Apple Store.

Don't Talk To Strangers

Pencegahan ke 2 adalah selalu waspada pada orang asing. Jangan mudah percaya apa yang dikatakan orang asing, dan jangan mudah tergoda dengan tawaran menarik yang dikatakan orang asing.

Ingat: Logo bank pada foto profil akun WhatsApp bukan berarti itu dari petugas bank karena siapa pun bisa memasang foto itu. Bahkan kalau mau, saya pun bisa memakai foto artis sebagai foto profil. Iya kan?

Video Call

Bila ada seseorang mengaku dari petugas bank, dari kepolisian, atau guru di tempat anak anda sekolah yang mengabarkan bahwa anak anda kecelakaan, ajaklah video call. Sekali lagi: Video Call! Jangan layani pesan teks. Penipu akan berusaha menghindar dari video call, misalkan berdalih kamera HPnya rusak, sedang berada di kamar gelap, atau memakai karakter AI sebagai pengganti wajahnya. Anda pasti bisa membedakan wajah manusia asli dengan wajah buatan komputer. Ekspresi AI lebih hambar, datar, dan serius. Gerakan bibirnya pun tidak sinkron dengan kata yang diucapkan.

Bila yang dibicarakan adalah tentang uang, maka anda harus ditemani orang lain yang ikut mendengarkan percakapan itu. Orang ke tiga biasanya tidak mudah panik dan tidak mudah "dihipnotis". Yang paling praktis adalah anda mendatangi counter pulsa kemudian konsultasi pada penjaganya. Biasanya penjaga counter pulsa cukup kebal penipuan. Alternatif lain adalah menemui petugas Polisi dan ceritakan kejadiannya. Naluri polisi cukup tajam dalam mencium aksi kejahatan.

Ketika penipu mulai frustasi, dia akan menggertak. Inilah salah satu fungsi orang yang mendampingi anda. Penipu cukup ahli memainkan psikologi agar anda menjadi pihak yang membutuhkan pertolongan. Dengan adanya teman, teman andalah yang akan balas menggertak.

Penipuan Modus Me-Like Instagram

Yang juga marak terjadi akhir-akhir ini adalah tawaran kerja sambilan (part time). Dulu tugasnya adalah mengelem label teh celup. Sekarang modusnya adalah cukup me-like postingan instagram. Setelah me-like sekian kali, dapat uang Rp 40.000.

Mudah kan? Modal jempol menari di layar HP, dapat transferan Rp 40.000.

Uang Rp 40.000 benar-benar ditransfer. Ini untuk meyakinkan bahwa mereka bukan penipu. Setelah itu anda ditawari kerja lain. Tapi yang ini tidak gratis. Harus membayar top-up (biaya administrasi) Rp 100.000. Nanti setelah bekerja anda akan dibayar Rp 200.000.

Nah, di sini jebakan Badman-nya. Setelah anda mentransfer Rp 100.000 ke rekening si penipu, si penipu menghilang. Anda rugi Rp 100.000 - Rp 40.000 = Rp 60.000.

Penipu kadang tidak langsung menghilang di putaran pertama. Dia benar-benar mentransfer Rp 100.000. Tujuannya agar bisa meminta top-up lebih besar, misalkan Rp 500.000 dan anda dijanjikan dibayar Rp 1 juta. Barulah di titik ini dia menghilang.

Penutup

Aksi penipuan akan berhasil pada orang-orang yang:

  1. Kurang waspada / mudah percaya pada orang asing.
  2. Malas membaca pesan peringatan alias langsung pencet tombol "OK" tanpa tahu itu oke untuk apa.
  3. Mudah panik.
  4. Ingin cepat kaya dengan cara mudah.

Karena itu, kita ada baiknya selalu ingat pada falsafah orang Jawa yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga yaitu: Ojo kagetan, ojo gumunan, ojo dumeh, ojo aleman. Jangan mudah kaget, jangan mudah kagum, jangan egois, dan jangan gila pujian.

Dan untuk penipu, ingatlah bahwa hidup tidak selamanya. Uang yang didapat dari cara tidak halal hanya membuat orang yang menikmatinya (anak, istri) menjadi tidak baik dan mungkin akan menjadi orang jahat pula. Sadarkah anda bahwa yang menakutkan dari neraka bukanlah pedihnya siksa neraka, tapi keabadiannya!

Mawan A. Nugroho, S.Kom, M.Kom